ILMUWAN MUSLIM DAN FENOMENA GERHANA

 ILMUWAN MUSLIM DAN FENOMENA GERHANA  


Ilmu astronomi mendukung manusia modern mengetahui bahwa kemajuan pada masa Rasulullah pernah terjadi 5 kali gerhana bulan.


Gerhana bulan pertama terjadi pada 10 atau 11 Jumadil Akhir tahun keempat Hijriah atau 20 November 625 M. Gerhana bulan kedua terjadi pada 22 Dzulhijjah tahun keempat Hijriah atau 17 Mei 626 M, tepatnya pada waktu Subuh. 


Gerhana bulan ketiga terjadi pada 10 Dzulqa'dah tahun Hijriah atau 25 Maret 628 M. Gerhana bulan sebagian ini terjadi dalam durasi 2 jam lebih dari 7 menit 1 detik. Waktunya terjadi sekitar Maghrib.


Gerhana bulan keempat terjadi 10 atau 11 Dzulqa'dah tahun ketujuh Hijriyah atau15 Maret 629 M. Kali ini merupakan gerhana bulan total yang terjadi selama 1 jam lebih 40 menit 31 detik. 


Gerhana bulan terakhir pada masa Rasulullah SAW terjadi pada 10 atau 11 Dzulqa'dah tahun kedelapan Hijriah 8 Hijriah atau 4 Maret 630 M. Lamanya gerhana 2 jam lebih 42 menit 47 detik dengan besar gerhana 68 persen waktu Maghrib.


MasyaAllah!


Jika sekarang kita berani dengan para astronom modern, percayalah para muslim telah melakukan hal-hal yang lebih mencengangkan lebih dari seribu tahun lalu.


Salah satunya adalah Abu Abdullah Muhammad ibnu Jabir al-Battani. Ia merupakan ilmuwan Muslim yang mengamati dan meneliti tentang gerhana. Pengamatannya dilakukan di sebuah kota kecil bernama Raqqah, di tepi sungai Eufrat pada kurun waktu 877-918 M.


Dengan perhitungan trigonometri yang rumit, ia mampu memprediksi dengan tepat terjadinya gerhana matahari cincin. 


Perhitungannya tidak biasa, karena ilmuwan sezamannya umumnya menggunakan rumusan geometri. Dengan teori keakuratannya, ia mengoreksi penemuan Ptolemeus, Sebuah karya Yunani kuno.


Hebatnya, tujuh abad kemudian, tepatnya tahun 1749, astronom Barat bernama Dunthorne mengadopsi metode pengamatan Al Battani mengenai bulan dan matahari.


Kitabnya yang berjudul Al Zij diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul De Motu Stellarum (Pergerakan Bintang-bintang). Kitabnya menginspirasi banyak ilmuwan, seperti Kepler, Galileo, dan Copernicus.


Cendekiawan Muslim lainnya yang mengamati fenomena gerhana adalah Abu al-Rayhan al-Biruni. 


Ia menulis catatan lengkap tentang pengamatannya saat terjadi gerhana matahari pada 8 April 1019 dan bulan pada 17 September 1019. 


Ia membuat perhitungan, termasuk posisi ketinggian bintang-bintang selama berlangsungnya gerhana. Ia melakukan observasinya di Lamghan, sebuah lembah yang dikelilingi pegunungan di antara Kandahar dan Kabul, Afhganistan.


Tak membuat perhitungan kapan terjadinya, ia juga menuliskan bagaimana cara menikmati indahnya fenomena alam itu tanpa membahayakan kesehatan, yakni dengan melihatnya di atas udara.


Di saat masyarakat Barat masih menganggap gerhana sebagai kutukan dewa, atau bangsa Cina menganggapnya matahari dan bulan dimakan naga, cendekiawan Muslim telah menjelaskan secara rinci dan membuat perhitungan terjadinya berabad-abad yang akan datang.


Hari ini, Selasa, 13 Rabbiul Akhir 1444 H (8/11) terjadi bulan di beberapa negara. Di Indonesia mulai pukul 17.59.11 WIB dan berakhir pukul 20.57.43 WIB. Disunahkan untuk melaksanakan shalat khusuf atau shalat, sebagaimana yang disebutkan dalam hadist:

        

Comments

Popular posts from this blog

KIAMAT

KISAH NABI ADAM

CARA MEMBUAT SUARA MENJADI BAGUS